rss
twitter
    Welcome to Ikke Wijaya's Blog :)

Happy Nu Yea 2009

Happy...happy...happy...2009....
nu yea doesn't means new everythin.
But there r still a lot of thin's must new or renew.
The most important thin is the new spirit to go trough the whole trouble of life..
A lot of new shiny tears and sweats(just like a basket full of diamonds)to make all the happiness complete..
New brightly smile and brightly lovely eyes to face of the mad guys (he...he..sometimes my husband was the one, who always get mad whitout any reason, he's so moody just like me..)and someother people of course, we never know...
Prepare a wide...wide..super duper..brave...HEART...to hugh the world inside of me..
Renew the promise, eventough...maybe...the last promise we made had already forgotten or maybe our renew promise was exactly still the same one..
Wanna make the dream come true? the step must begin right here right now in this new year !! Haia..!!!!
My New Motto "If U thin bot somethin, dont talk bot it...just do it !!!"
just...HAPPY...2009

Gdubrakk in D'mornin

Unforgetable morning for me...he..he...kejadian sedih sebenarnya, tetapi jika diingat justru tersenyum sendiri. Hari itu, Kamis tanggal 18 Desember 2008. Pagi yang cerah ceria untuk memulai perjalanan hidup. Baru saja kuparkirkan motorku di area parkir guru yang letaknya memang pas di depan kelas VIII B SMP tempatku mengabdi selama ini, belum sempat melepas jaket dan helm, anak-anak berteriak memanggilku. Biasanya sih memang berteriak, "Pagi bu Ce...". Tapi, kali ini teriakannya lain dari biasa, teriakan histeris lebih tepatnya, "Bu, ini gimana, Dalil nabrak pintu bu...". Heh...!!!
Dalil Pastiono, nama lengkapnya, muridku di kelas VIII C, kemana-mana biasanya berdua dengan Yosafat Puguh, dua sejoli yang jadi penggembira di kelas. Penggembira karena tingkah yang over reacting. Yang aku tahu jika ada kesempatan takkan disia-siakan untuk mengunjungi kelas VIII B, tempat para over reactinger yang lain berada. Hendra, Dafit, Ega, Rafik, Angga, Agung, Andi, Dhani, Yogi, Deva, Asis...(over reacting bukan berarti nakal lho....hanya berisiknya minta ampun!!).Kalo diperhatikan, Dalil agak-agak mirip sama Fani Fadilah pemeran Ucup di Bajaj Bajuri, sedikit lebih gantenglah...
Pagi itu, dia digotong teman-temannya dalam keadaan pingsan dan wajah bersimbah darah. Di dahinya yang lebar terdapat luka yang lumayan ehm harus dijahit kayaknya. Aku yang dalam kondisi baru saja datang tentu saja terkaget-kaget...kenapa? nabrak pintu? kok bisa sampe kaya gitu? Akhirnya kukomando saja untuk di bawa ke masjid atau ruang TU sebelah timur. Maklum jam segitu UKS masih di kunci, dan kelamaan kalo mesti ngambil kunci dulu. Dan karena peralatan P3K yang tidak memadai akhirnya diputuskan untuk di bawa ke puskesmas saja. Dengan dibonceng Pak Udin yang juga baru datang bertiga dengan salah seorang murid dibelakang dan Dalil diapit ditengah. Wah...pagi yang menghebohkan.
Singkat cerita, ternyata Dalil saat itu sedang berkejar-kejaran dengan Hendra. dengan kecepatan tinggi tentunya...mereka berlari ke arah kelas VIII B. Hendra yang sedang dikejar Dalil tak sengaja menyenggol pintu hingga bergerak menutup. Tak disangka disambut oleh kepala Dalil. Kejadian yang bisa digunakan sebagai contoh momentum dalam pelajaran Fisika pun terjadi. Gdubrakkk!!! Kepala VS Pintu Kayu yang lumayan keras. Yang lebih mengejutkan adalah...pintu yang ditabrak Dalil tadi ...LEPAS..dari engselnya.. Mungkin saking kerasnya benturan yang terjadi.
Esok paginya, suasana yang sama, cerah ceria untuk memulai perjalanan hidup kembali. Sepeda motorku baru saja memasuki gerbang sekolah. Kulihat Dalil sudah berdiri disana dengan Yosafat, tersenyum-senyum melihatku. Perban putih tampak menutupi dahinya. "He..he...Bu....". Kuhentikan motorku melihat kondisinya.
"Lho...Lil...sudah sehat??" Tanyaku, entah kenapa aku tak bisa menahan tawa.
"Sudah bu..." jawabnya masih dengan tersenyum tampak malu. Yosafat tertawa terpingkal-pingkal.
"Hebat lho kepalamu Lil, sampai kemarin pintunya lepas..."
"Kalau mau mencoba kekuatan lagi, masih banyak pintu yang bisa dicoba" Kataku mengajaknya bergurau.
"Ah...Bu Ce..."
"Lain kali hati-hati ya Lil..."
"Iya bu..." Jawabnya masih dengan senyum malu-malu.
Dalil...Dalil....Untung saja tidak terjadi sesuatu yang fatal....

My 1'st year at school

Jadi guru matematika?? yang bener aja....itulah nasib menjadi guru baru di sebuah sekolah pinggiran yang memang minim tenaga pendidik professional, harus siap ditugaskan menjadi guru apapun yang dibutuhkan. Untung saja, aku yang aslinya guru elektronika, masih punya tautan alias serumpun dengan matematika (dulu semasa kuliah ada mata kuliah aljabar ), jadi bisa dengan mudah menguasai materi. Lebih parah lagi, in the same time, selain jadi guru matematika aku juga jadi guru Bahasa Jawa (wah...yang ini kacaw banget...!!!).
Walaupun asli jawa, tapi pengetahuanku soal budaya dan sastra jawa jauh di bawah minim. lha wong kromo inggil aja mawut gak keruan. Eyang putriku saja sampai menganggap aku sebagai anak yang tak tahu sopan santun karena kurang fasih berkromo inggil, kurang halus kata eyang. Nembang aja bisanya cuma tembang Bapak Pocung itu tok. Tapi untungnya lagi, aku pinter baca tulis aksara Jawa, nah lo....kelebihanku yang satu ini lumayan bisa mengcover tugas baruku sebagai guru Bahasa Jawa. Sisanya arahkan aja anak-anak ke buku Pepak Bahasa Jawa sama tak suruh wawancara langsung dengan sumbernya, para sesepuh yang lebih mriyayeni dan orang-orang yang ngleluri Budaya dan Sastra Jawa, bereskan??He..he...he...
Di akhir semester genap, di tahun pertamaku itu, bertambah satu lagi tanggung jawab yang di bebankan. Mentang-mentang saat itu aku masih single belum ada tanggungan di rumah alias banyak waktu luang. Aku diserahi tugas jadi guru Bahasa Inggris, menggantikan guru aslinya yang lagi cuti hamil selama 3 bulan, wa..ha..ha...apalagi ini... Untung, untung, untungnya lagi, I Love English. Biarpun bahasa inggrisku pas-pasan. Setidaknya cas cis cus daily conversation in english bisa kukuasai dengan baik tambahan vocabularyku juga lumayan, cuma grammarnya yang hancur berantakan. For real, pontang-panting abiz...!!!
Namun di balik semua kejadian selalu ada hikmah yang tersembunyi. Aku merasa benar-benar jadi guru, dan ternyata rasanya menyenangkan. Aku baru tahu beratnya tugas dan tanggung jawab yang dipikul seorang guru bukan sekedar menyampaikan materi sampai habis KDnya, tapi juga membangun motivasi anak-anak untuk terus belajar sampai mereka lepas dari sekolah nantinya. Tambah jam mengajar artinya tambah waktu pula untuk lebih dekat dengan anak-anak. Dan yang paling menguntungkan sebenarnya adalah kemampuan diri sendiri yang semakin bertambah. Jadi guru Matematika, guru Bahasa Jawa, guru Bahasa Inggris mau tak mau harus belajar lagi biar gak gagap di depan anak-anak, biar anak-anak mendapatkan ilmu yang benar gak asal disampaikan begitu saja. Walhasil, jadilah aku lebih bisa Matematika, bisa nembang dikit, dan lumayan bisa memahami grammar dengan baik. Secara emosi aku juga jadi orang lebih sabar dari biasanya.
Bener kata Ibuku, yang notabene berprofesi sbg guru juga, kalau pengen jadi orang pinter, kaya raya dan awet muda, jadilah seorang guru, guru yang bener-bener guru, ikhlas dalam mengabdi. Waktu yang kita habiskan, Ilmu yang kita tularkan benar-benar jadi infestasi jangka panjang yang terus berkembang profitnya buat diri kita. Duh...senengnya jadi guru.